Monday, May 30, 2022

KAM 3.2.a.9- Pengelolaan Sumber Daya

   Oleh : Masbahur Roziqi (CGP Angkatan IV Pendidikan Guru Penggerak)
 Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya. Keren sekali. Saya sangat menikmatinya. Belajar mengenai kepemimpinan pembelajaran. Belajar pula tentang pengelolaan sumber daya. Keduanya saling terkait. Tidak terpisahkan. Bagian integral satu dengan lainnya. Ketika menguasai kepemimpinan maka untuk selanjutnya harus menguasai pengelolaan sumber daya. Dan tentu ujungnya nanti untuk membuat program yang berdampak bagi murid. 
    Ketika menjadi pemimpin pembelajaran, kita belajar banyak hal mengenai paradigma pengambilan keputusan. Bahwa pengambilan keputusan itu bukan hanya mengenai bagaimana memutuskan sesuatu an sich. Melainkan ada beberapa paradigma yang wajib seorang individu perhatikan. Seperti paradigma mengenai bujukan moral dan dilema etik. Agar tidak terjebak pada keputusan yang lebih banyak blunder bagi pelaksanaan program itu sendiri. 
    Nah kepemimpinan pembelajaran itu menurut saya juga berkelindan dengan pengelolaan sumber daya. Ketika kita mampu mengambil keputusan berdasarkan menghindari bujukan moral dan mengelola dilema etika untuk kepentingan terbaik bagi anak, maka selanjutnya menganalisis sumber daya. Kelola kekuatan atau sumber daya yang ada. Sebaiknya menghindari fokus pada kelemahan. Namun merujuk pada apa saja sih kekuatan yang bisa kita maksimalkan. Sehingga kelemahan yang ada dapat tertutupi oleh pemberdayaan sumber daya atau kekuatan sekitar kita. 
    Saya berupaya mengimplementasikannya dengan contoh ketika saya mengajak anak-anak membuat kesepakatan kelas. Dalam penyusunan kesepakatan kelas itu saya mendorong anak untuk mengeluarkan gagasannya, mengkritisi usulan kesepakatan teman, hingga bahkan mengusulkan usulan baru. Tentu ini menjadi bagian dari pengambilan keputusan dari dilema etika. Kemudian terkait pengelolaan sumber dayanya, ini dapat dikaitkan dengan saya memperhatikan berbagai aspek. Diantaranya aspek SDM, yaitu anak-anak SMAN 1 Kraksaan terbuka dan kritis dalam menyikapi suatu topik. Ada pula mengenai budaya, yakni budaya saling menghormati dan menghargai atas pendapat teman lain. Kesemuanya saya ramu dalam topik pembuatan kesepakatan kelas tersebut. 
    Tentunya dengan penerapan pengelolaan sumber daya itu, penciptaan iklim pembelajaran berkualitas akan lebih mungkin terlaksana. Ini karena setiap aspek kekuatan atau sumber daya diperhatikan dan dimaksimalkan. Sehingga pembelajaran yang terjadi berbasis pada pemanfaatan kekuatan atau sumber daya yang sekolah miliki. Contohnya di SMAN 1 Kraksaan kita memiliki sumber daya manusia berupa dominannya guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan berbagai prestasi tingkat nasional dan daerah. Kemudian beliau-beliau juga memiliki dedikasi mendidik murid seperti anak sendiri. Hal itu ketika mampu kita kelola sebagai bagian dari sumber daya dan dirawat dengan maksimal, tentu akan menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada anak. Demikian pula dengan adanya sumber daya finansial yang cukup besar mampu mendukung pemenuhan sarana pendukung belajar bagi anak di sekolah. 
    Jika ada yang bertanya apa modul pengelolaan sumber daya ini berkaitan dengan materi sebelumnya? Saya pastikan menjawab iya. Semua materi dalam modul satu dan dua juga berkaitan dengan materi pengelolaan sumber daya. Pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional, dan coaching misalnya merupakan bagian dari keterampilan pra pengelolaan yang harus dimiliki sebelum mengelola sumber daya. Dengan menerapkan pembelajaran yang berpihak pada anak, kita akan lebih banyak peka dan mendengar. Bahkan kita bisa melatih diri untuk memiliki sensitivitas pedagogis. Sebuah kepekaan pada diri kita dalam menerapkan ilmu pedagogik dalam kehidupan profesional sebagai guru. Demikian pula dengan modul 1. Pemahaman mengenai hakikat pemikiran KHD merupakan basis bagi seorang pengelola sumber daya. Bahwa pemikiran KHD yang merupakan soko guru pendidikan nasional kita harus terpatri dan kita hayati lebih dulu dalam kegiatan analisis sumber daya yang sekolah miliki. 
Ada pun bagaimana dengan pemikiran anda sebelum dan setelah mengikuti pelatihan terkait modul ini? Perubahan itu ada. Saya mulai mengetahui apa itu aset yang harus dimaksimalkan. Dan bagaimana sebagai calon guru penggerak mampu memaksimalkan aset yang ada untuk menciptakan sebuah program yang berdampak pada murid. Hubungannya sangat erat. Ketika sebelumnya saya hanya berpikir program itu hanya dibuat oleh manajemen sekolah dan berbasis deficit based thinking, ternyata keliru. Harusnya asset based thinking. Ini yang saya peroleh. 

Come on Guys, Stop Invasion!

  Affirm Position, Condemn Invasion! Masbahur Roziqi The author is an Indonesia citizen who oppose Russian aggresion to Ukraine      The mom...