Wednesday, July 13, 2022

3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 Program Berdampak pada Murid, Mengapa Tidak?

Oleh : Masbahur Roziqi 

Calon Guru Penggerak SMAN 1 Kraksaan Angkatan IV kelas 91



    Nano nano. Itu ungkapan kata saya saat menulis awal tentang aksi nyata modul 3. Banyak warnanya. Warna yang dominan tentu warna cerah. Seru sekali. Seperti yang saya tulis pada refleksi modul 2 dan 1. Selalu ada kejutan dan hal baru pada tiap modul. Ini sungguh mengasyikkan. 

    Pada aksi nyata modul 3 ini ternyata juga tidak kalah seru. Menjadi pemimpin pembelajaran untuk pengembangan sekolah jadi menu utama modul terakhir Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Terbagi menjadi tiga, mulai dari pengambilan keputusan, pemimpin pengelolaan sumber daya, hingga pengelolaan program berdampak pada murid. Aksi nyata yang saya pilih berkaitan dengan program sekolah antikorupsi untuk kelas X. Dalam hal ini kelas X MIPA 3. 

    Program sekolah antikorupsi saya pilih karena semakin masifnya praktik korupsi yang sebagian telah diekspos oleh media massa. Tidak hanya skala nasional, melainkan pada tingkat lokal kabupaten Probolinggo. Sebut saja kasus tindak pidana korupsi yang telah menjerat bupati Probolinggo aktif, Puput Tantriana Sari, atau biasa disapa bu Tantri. Tentu fenomena ini menjadi pemantik pentingnya para murid untuk mengenal, memahami, menginternalisasi, dan akhirnya mampu melawan korupsi. 

    Para murid juga bagian dari masa depan negeri ini, sehingga alasan untuk mengenalkan korupsi pada fase perkembangan mereka yang sudah berpikir abstrak, justru akan lebih mengena. Murid pada tingkat SMA dapat saya ajak untuk mengenali fenomena korupsi melalui berbagai contoh. Ada berita media online hingga film antikorupsi indie yang bisa digunakan sebagai media layanan. 

    Aksi nyata sekolah antikorupsi saya awali dengan diskusi bersama para murid kelas X MIPA 3. Saya menggali mengenai perspektif mereka terkait pengalaman antikorupsi. Kemudian bersama para murid memutuskan menggali tentang pengalaman dan pengetahuan antikorupsi melalui film antikorupsi. Film yang dipilih merupakan film yang telah memenangkan penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi dengan judul Persenan. 



    Film tersebut para murid X MIPA 3 pilih karena kedekatan mereka terkait profesi yang menurut mereka baru yaitu sebagai pekerja kreatif dalam dunia perfilman. Dalam film antikorupsi itu para pekerja film menghadapi tantangan berupa kejahatan korupsi yang mereka hadapi saat berurusan dengan birokrasi. 

    Kegiatan pendidikan sekolah antikorupsi dimulai dengan melihat film antikorupsi Persenan. Kemudian masing-masing anak yang terbagi dalam kelompok kecil melakukan refleksi. Apa yang mereka rasakan ketika menjadi korban korupsi yang dialami pekerja film dalam film tersebut? Bagaimana sikap mereka ketika menghadapi oknum aparat birokrasi yang korup serta memeras mereka dengan menggunakan kuasa dan kewenangannya?

    Diskusi berlangsung intens dan tiap anak menyusun dialog antar anggotanya melalui hasil diskusi. Kemudian mereka berbagi hasil interdialognya dalam satu kelompok kepada teman satu kelas. Pada tahap ini sungguh seru. Banyak murid menyampaikan pertanyaan dan pendapatnya berkaitan dengan bahasan dari kelompok yang maju. Sekaligus secara mandiri mereka menunjukkan apa yang ki Hadjar Dewantara sampaikan yakni, para anak didik diharapkan dapat membenci kejahatan dan cinta pada kebaikan. 



    Lalu jika muncul pertanyaan, bagaimana perasaan saya saat melaksanakan aksi nyata? Saya bahagia sekali melaksanakan aksi nyata bersama para murid. Sebab saya mendapatkan gagasan-gagasan baru mengenai antikorupsi dari para murid. Seperti misalnya perlunya mengadakan pekan antikorupsi saat seminggu jelang hari antikorupsi sedunia setiap tanggal 9 Desember. Kemudian ada pula ide membuat teater antikorupsi, berkolaborasi dengan ekstra teater SMAN 1 Kraksaan. Yang penting pula saya merasa senang, para murid mulai berempati kepada korban korupsi, dan menyadari korupsi dapat mengancam keberlangsungan nasib negara ini kelak. Termasuk masa depan mereka dan keturunan mereka kelak. Sehingga mereka bersedia untuk turut serta berjuang melawan korupsi dengan peran masing-masing. 

    Selain itu saya mendapatkan pembelajaran dari kegiatan aksi nyata ini baik dari keberhasilan maupun kekurangan/kegagalan. Dalam aksi nyata ini saya berhasil memantik murid untuk menumbuhkan empatinya terhadap korban korupsi, dan memantik mereka memunculkan gagasan-gagasan antikorupsi. Kemudian bisa pula memunculkan kepedulian mereka terhadap praktik korupsi yang menggerogoti negeri ini. Ada pun kegagalan yang dialami yakni belum terwujudnya kolaborasi bersama guru mata pelajaran lain dan wali kelas untuk menggemakan kegiatan aksi nyata ini melalui kegiatan besar di sekolah. Misal pekan antikorupsi sekolah. Hal ini saya upayakan untuk bisa dikelola dengan nantinya mengusulkan program pekan antikorupsi pada program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada bulan Desember. Bertepatan dengan hari antikorupsi sedunia. 

    Sementara itu, perbaikan terus saya upayakan rencanakan dan lakukan dari hasil pembelajaran atas pelaksanaan aksi nyata modul 3 ini. Yakni lebih menguatkan kolaborasi lagi dengan guru lintas mapel dan anak-anak esktra teater dalam melaksanakan pekan antikorupsi pada bulan Desember. Ini sebagai bentuk makin menguatkan dampak sekolah antikorupsi. Yakni menumbuhkan budi pekert atau watak murid yang antikorupsi. Semoga. 


2 comments:

Come on Guys, Stop Invasion!

  Affirm Position, Condemn Invasion! Masbahur Roziqi The author is an Indonesia citizen who oppose Russian aggresion to Ukraine      The mom...