Monday, December 31, 2018

MELAWAN BULLYING

Berikut jurnal ilmiah karya perenungan saya. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi semua pembaca. Salam Literasi!!

Saturday, December 29, 2018

PENDAFTARAN ONLINE VIA SSCN 2018


Pertama yang harus dilakukan adalah mendaftar online via situs sscn.bkn.go.id. Semua formasi tidak lagi mendaftar langsung ke instansi masing-masing secara fisik. Namun lewat dunia maya. Disatukan dalam situs SSCN tersebut.
Langkah yang harus dilakukan sebelum mendaftar adalah membuat akun SSCN. Ini lah tantangan pertama bagi para pelamar CPNS 2018 kemarin. Termasuk saya. Sinyalnya muter-muter. Selama tiga hari saya kesulitan mendaftar. Alhamdulillah pda hari ketiga saya memilih mengakses saat subuh. Sekitar jam 4 pagi. Yups, saya dan istri berhasil membuat akun. Rasanya plong. Kartu informasi akun sudah berhasil diunduh.
Cerita selanjutnya yaaa next yaaa di kesempatan berikutnya......

PENGALAMAN IKUT SELEKSI CPNS 2018

Kali ini saya akan berbagi pengalaman mengenai seleksi CPNS 2018 yang saya ikuti. Simak pada postingan berikutnya yaaa cerita detailnya. Semangaaat!!

Wednesday, December 26, 2018

LAUGH AT CORRUPTORS

Jokes of Corruptors

PERCENTION: MASBAHUR ROZIQI

Guidance and counseling teacher of Probolinggo 1 State Vocational School, Probolinggo City, East Java

Email: masbahurroziqi@gmail.com
Laughing at corruptors is the main mission of the author of this book. Corruptors who have robbed many people of money, are stripped away, are stripped of their stories in this book. The author clearly reveals the reality experienced by corruptors. Of course with humorous language. Not judgmental but make irony.
This book tastes crunchy. Full of funny herbs. In the introduction to the book, the introductory writer quoted several quotes in the book. Everything is allusions to corruptors. From the sweetest, to the most spicy. All with light language. Delicious digested.
The entire book consists of 12 parts. Each section contains a story concerning the events experienced by corruptors. Both corrupt anchors, to the big class.
But not all of them tell explicitly about corruptors. Corrupt stories are explicitly told in three parts. While the other nine parts slip the role of corruptors backing up the antagonist role in the story part. Not to mention the impact of corruption on the community. Again with crisp language.
The strength of this book lies in its simple language. Typical daily conversation. Even without a regional language quote. Don't imagine like we read scientific works. Agus Noor's short story is far from that. We don't need to frown at laughing at corruptors. Even we are invited to laugh and laugh at them.
As seen in the joke section of the corruptors. In this section the author tells how corruptors survive in prison. With various background cases that ensnare, the corruptors work together. Fighting over boredom. Presenting a bustling atmosphere like outside the prison. Work together to please each other.
Another story also explains how a corruptor from among law enforcement officials exploits a child with disabilities. The goal is to dredge the coffers of the rupiah. There is no longer the term HAM (Human Rights). Especially the attitude of affection for children with disabilities. Everything ran aground in the eyes of corruptors. Only personal benefits can be seen in the eyes of the corruptor.
This book is no doubt a stirrer of emotions for those who really hate corruption. How not, the writer casually tells clearly how the mode, and the daily life of these corruptors. Including other problems that also followed them. Readers are invited to follow more closely with the corruptors. Somewhat mystical is fine. Because occultism can be an attractive attraction to tell about various crimes and the effects of corrupt actions. Don't be wrong either. Because corruptors also like occultism. Of course with the terms. As long as it can free them from the pursuit of investigating the case that surrounds it.
The author is also able to present how human rights violations (Human Rights) always coalesce with corruption in the story in this book. About people who have to be losers because of corruption. How the community has become an entity that is repressed by corruptors with various pretexts. Starting from corruptors under the guise of RT officials to high-class officials. So that they cannot fulfill their basic rights.
Corruption can not only be seen from the perspective of the articles in the legislation alone. Because if that's the parameter, corruption will only be an elitist issue. This book is an effort to ground the issue of corruption which has been seen as only an issue of the elite. By knowing the illustrations of everyday corruptors, the people can laugh at them too. Laugh at their crime. Including laughing at some people who still want to turn themselves into corruptors. Or become corrupt accomplices.
The conclusion is simple. Reading this book means entering ourselves as part of a fight against corruption. Why? Because through this book, the reader knows how fierce corruption is. How complex are the problems caused by corruption. And how we cannot stop fighting corruption.


Title: Jokes Corruptors (collection of short stories)
Author: Agus Noor
Publisher: Diva Press
First print, 2017
Banguntapan Jogjakarta
Page thickness: 272 pages
ISBN: 978-602-391-472-2

LELUCON PARA KORUPTOR


Lelucon Para Koruptor
PERESENSI: MASBAHUR ROZIQI
Guru bimbingan dan konseling SMK Negeri 1 Probolinggo, Kota Probolinggo, Jawa Timur
Menertawakan koruptor menjadi misi utama penulis buku ini. Koruptor yang telah banyak merampok uang rakyat, dikupas habis, ditelanjangi kisahnya dalam buku ini. Penulis dengan gamblang mengungkapkan realitas yang dialami koruptor. Tentu dengan bahasa jenaka. Tidak menghakimi namun membuat ironi.
Buku ini rasanya renyah. Penuh dengan bumbu jenaka. Pada pengantar bukunya, sang penulis pengantar mengutip beberapa kutipan dalam buku. Semuanya sindiran terhadap koruptor. Dari yang paling manis, hingga paling pedas. Semuanya dengan bahasa ringan. Enak dicerna.
Keseluruhan buku ini terdiri atas 12 bagian. Tiap bagian berisi kisah yang menyangkut peristiwa yang dialami para koruptor. Baik koruptor kelas teri, hingga kelas kakap.
Namun tidak semua menceritakan tentang koruptor secara eksplisit. Cerita koruptor secara eksplisit diceritakan pada tiga bagian. Sedangkan sembilan bagian lainnya menyelipkan peran koruptor memback up peran antagonis dalam cerita bagian tersebut. Tak lupa diceritakan dampak korupsi terhadap masyarakat. Lagi-lagi dengan bahasa yang renyah.
Kelebihan buku ini terletak pada bahasanya yang sederhana. Khas percakapan sehari-hari. Walau tanpa kutipan bahasa daerah. Jangan bayangkan seperti kita membaca karya ilmiah. Tulisan cerpen Agus Noor ini jauh dari hal tersebut. Kita tidak perlu mengernyitkan dahi menertawakan koruptor. Bahkan kita diajak tertawa lepas menertawai mereka.
Seperti yang tampak pada bagian lelucon para koruptor. Di bagian ini penulis menceritakan bagaimana koruptor bertahan hidup di penjara. Dengan berbagai latar belakang kasus yang menjerat, para koruptor itu bersinergi. Berjuang mengatasi kebosanan. Menghadirkan suasana ramai layaknya di luar penjara. Bahu-membahu menyenangkan antar sesama.
Cerita lain menjelaskan pula tentang bagaimana seorang koruptor dari kalangan aparat penegak hukum mengeksploitasi anak disabilitas. Tujuannya demi mengeruk pundi-pundi rupiah. Tidak ada lagi istilah HAM (Hak Asasi Manusia). Apalagi sikap kasih sayang pada anak disabilitas. Semuanya kandas di mata koruptor. Hanya keuntungan pribadi yang tampak pada mata koruptor tersebut.
Buku ini tak ayal menjadi pengaduk emosi bagi yang sangat membenci korupsi. Bagaimana tidak, penulis dengan santai menceritakan gamblang bagaimana modus, dan keseharian para koruptor ini. Termasuk masalah lain yang turut mengikuti mereka. Pembaca diajak mengikuti lebih dekat dengan para koruptor tersebut. Agak mistis pun tidak apa-apa. Karena hal klenik pun bisa menjadi daya pikat menarik untuk menceritakan berbagai kejahatan dan dampak perbuatan  koruptor. Jangan juga salah. Sebab koruptor pun menyukai hal klenik. Tentu dengan syarat. Asal kan itu bisa membebaskan mereka dari kejaran pengusutan kasus yang membelitnya.
Penulis juga mampu menghadirkan bagaimana pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) selalu berkoalisi dengan korupsi dalam kisah di buku ini. Tentang orang-orang yang harus menjadi pencundang karena korupsi. Bagaimana masyarakat telah menjadi entitas yang direpresi oleh koruptor dengan berbagai dalih. Mulai dari koruptor berkedok pengurus RT hingga pejabat kelas tinggi. Sehingga pemenuhan hak dasar mereka tidak mampu mereka penuhi.
Korupsi memang tidak bisa hanya dilihat dari kacamata pasal-pasal dalam perundang-undangan saja. Sebab jika itu parameternya, maka korupsi hanya akan menjadi isu elitis. Buku ini adalah ikhtiar untuk membumikan isu korupsi yang selama ini dipandang hanya isu kaum elit saja. Dengan mengetahui ilustrasi keseharian koruptor, rakyat juga bisa menertawakan mereka. Menertawakan kejahatan mereka. Termasuk menertawakan sebagian masyarakat yang masih saja mau mengubah dirinya menjadi koruptor. Atau menjadi antek-antek koruptor.
Kesimpulannya sederhana saja. Membaca buku ini berarti memasukkan diri kita menjadi bagian dari pejuang pemberantasan korupsi. Mengapa? Karena lewat buku ini kita, para pembaca menjadi tahu betapa ganasnya korupsi. Betapa kompleksnya permasalahan yang diakibatkan oleh korupsi. Dan betapa kita tidak boleh berhenti berjuang melawan korupsi.

Judul : Lelucon Para Koruptor (kumpulan cerpen)
Penulis : Agus Noor
Penerbit : Diva Press
Cetakan pertama, 2017
Banguntapan Jogjakarta
Tebal halaman : 272 halaman
ISBN : 978-602-391-472-2

Come on Guys, Stop Invasion!

  Affirm Position, Condemn Invasion! Masbahur Roziqi The author is an Indonesia citizen who oppose Russian aggresion to Ukraine      The mom...