Lelucon Para
Koruptor
PERESENSI:
MASBAHUR ROZIQI
Guru bimbingan dan konseling SMK
Negeri 1 Probolinggo, Kota Probolinggo, Jawa Timur
Email : masbahurroziqi@gmail.com
Menertawakan
koruptor menjadi misi utama penulis buku ini. Koruptor yang telah banyak
merampok uang rakyat, dikupas habis, ditelanjangi kisahnya dalam buku ini.
Penulis dengan gamblang mengungkapkan realitas yang dialami koruptor. Tentu
dengan bahasa jenaka. Tidak menghakimi namun membuat ironi.
Buku ini rasanya
renyah. Penuh dengan bumbu jenaka. Pada pengantar bukunya, sang penulis
pengantar mengutip beberapa kutipan dalam buku. Semuanya sindiran terhadap
koruptor. Dari yang paling manis, hingga paling pedas. Semuanya dengan bahasa
ringan. Enak dicerna.
Keseluruhan buku
ini terdiri atas 12 bagian. Tiap bagian berisi kisah yang menyangkut peristiwa
yang dialami para koruptor. Baik koruptor kelas teri, hingga kelas kakap.
Namun tidak
semua menceritakan tentang koruptor secara eksplisit. Cerita koruptor secara
eksplisit diceritakan pada tiga bagian. Sedangkan sembilan bagian lainnya menyelipkan
peran koruptor memback up peran
antagonis dalam cerita bagian tersebut. Tak lupa diceritakan dampak korupsi
terhadap masyarakat. Lagi-lagi dengan bahasa yang renyah.
Kelebihan buku
ini terletak pada bahasanya yang sederhana. Khas percakapan sehari-hari. Walau
tanpa kutipan bahasa daerah. Jangan bayangkan seperti kita membaca karya
ilmiah. Tulisan cerpen Agus Noor ini jauh dari hal tersebut. Kita tidak perlu
mengernyitkan dahi menertawakan koruptor. Bahkan kita diajak tertawa lepas
menertawai mereka.
Seperti yang
tampak pada bagian lelucon para koruptor. Di bagian ini penulis menceritakan
bagaimana koruptor bertahan hidup di penjara. Dengan berbagai latar belakang kasus
yang menjerat, para koruptor itu bersinergi. Berjuang mengatasi kebosanan.
Menghadirkan suasana ramai layaknya di luar penjara. Bahu-membahu menyenangkan
antar sesama.
Cerita lain
menjelaskan pula tentang bagaimana seorang koruptor dari kalangan aparat penegak
hukum mengeksploitasi anak disabilitas. Tujuannya demi mengeruk pundi-pundi
rupiah. Tidak ada lagi istilah HAM (Hak Asasi Manusia). Apalagi sikap kasih
sayang pada anak disabilitas. Semuanya kandas di mata koruptor. Hanya
keuntungan pribadi yang tampak pada mata koruptor tersebut.
Buku ini tak
ayal menjadi pengaduk emosi bagi yang sangat membenci korupsi. Bagaimana tidak,
penulis dengan santai menceritakan gamblang bagaimana modus, dan keseharian
para koruptor ini. Termasuk masalah lain yang turut mengikuti mereka. Pembaca
diajak mengikuti lebih dekat dengan para koruptor tersebut. Agak mistis pun
tidak apa-apa. Karena hal klenik pun bisa
menjadi daya pikat menarik untuk
menceritakan berbagai kejahatan dan dampak perbuatan
koruptor. Jangan juga salah. Sebab koruptor pun menyukai hal
klenik. Tentu dengan syarat. Asal kan itu bisa
membebaskan mereka dari kejaran pengusutan kasus yang membelitnya.
Penulis juga
mampu menghadirkan bagaimana pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) selalu
berkoalisi dengan korupsi dalam kisah di buku ini. Tentang orang-orang yang
harus menjadi pencundang karena korupsi. Bagaimana masyarakat telah menjadi
entitas yang direpresi oleh koruptor dengan berbagai dalih. Mulai dari koruptor
berkedok pengurus RT hingga pejabat kelas tinggi. Sehingga pemenuhan hak dasar
mereka tidak mampu mereka penuhi.
Korupsi memang
tidak bisa hanya dilihat dari kacamata pasal-pasal dalam perundang-undangan
saja. Sebab jika itu parameternya, maka korupsi hanya akan menjadi isu elitis.
Buku ini adalah ikhtiar untuk membumikan isu korupsi yang selama ini dipandang
hanya isu kaum elit saja. Dengan mengetahui ilustrasi keseharian koruptor,
rakyat juga bisa menertawakan mereka. Menertawakan kejahatan mereka. Termasuk
menertawakan sebagian masyarakat yang masih saja mau mengubah dirinya menjadi
koruptor. Atau menjadi antek-antek koruptor.
Kesimpulannya
sederhana saja. Membaca buku ini berarti memasukkan diri kita menjadi bagian
dari pejuang pemberantasan korupsi. Mengapa? Karena lewat buku ini kita, para
pembaca menjadi tahu betapa ganasnya korupsi. Betapa kompleksnya permasalahan
yang diakibatkan oleh korupsi. Dan betapa kita tidak boleh berhenti berjuang
melawan korupsi.
Judul : Lelucon Para Koruptor (kumpulan cerpen)
Penulis : Agus Noor
Penerbit : Diva Press
Cetakan pertama, 2017
Banguntapan Jogjakarta
Tebal halaman : 272 halaman
ISBN : 978-602-391-472-2
No comments:
Post a Comment