Wednesday, December 26, 2018

LELUCON PARA KORUPTOR


Lelucon Para Koruptor
PERESENSI: MASBAHUR ROZIQI
Guru bimbingan dan konseling SMK Negeri 1 Probolinggo, Kota Probolinggo, Jawa Timur
Menertawakan koruptor menjadi misi utama penulis buku ini. Koruptor yang telah banyak merampok uang rakyat, dikupas habis, ditelanjangi kisahnya dalam buku ini. Penulis dengan gamblang mengungkapkan realitas yang dialami koruptor. Tentu dengan bahasa jenaka. Tidak menghakimi namun membuat ironi.
Buku ini rasanya renyah. Penuh dengan bumbu jenaka. Pada pengantar bukunya, sang penulis pengantar mengutip beberapa kutipan dalam buku. Semuanya sindiran terhadap koruptor. Dari yang paling manis, hingga paling pedas. Semuanya dengan bahasa ringan. Enak dicerna.
Keseluruhan buku ini terdiri atas 12 bagian. Tiap bagian berisi kisah yang menyangkut peristiwa yang dialami para koruptor. Baik koruptor kelas teri, hingga kelas kakap.
Namun tidak semua menceritakan tentang koruptor secara eksplisit. Cerita koruptor secara eksplisit diceritakan pada tiga bagian. Sedangkan sembilan bagian lainnya menyelipkan peran koruptor memback up peran antagonis dalam cerita bagian tersebut. Tak lupa diceritakan dampak korupsi terhadap masyarakat. Lagi-lagi dengan bahasa yang renyah.
Kelebihan buku ini terletak pada bahasanya yang sederhana. Khas percakapan sehari-hari. Walau tanpa kutipan bahasa daerah. Jangan bayangkan seperti kita membaca karya ilmiah. Tulisan cerpen Agus Noor ini jauh dari hal tersebut. Kita tidak perlu mengernyitkan dahi menertawakan koruptor. Bahkan kita diajak tertawa lepas menertawai mereka.
Seperti yang tampak pada bagian lelucon para koruptor. Di bagian ini penulis menceritakan bagaimana koruptor bertahan hidup di penjara. Dengan berbagai latar belakang kasus yang menjerat, para koruptor itu bersinergi. Berjuang mengatasi kebosanan. Menghadirkan suasana ramai layaknya di luar penjara. Bahu-membahu menyenangkan antar sesama.
Cerita lain menjelaskan pula tentang bagaimana seorang koruptor dari kalangan aparat penegak hukum mengeksploitasi anak disabilitas. Tujuannya demi mengeruk pundi-pundi rupiah. Tidak ada lagi istilah HAM (Hak Asasi Manusia). Apalagi sikap kasih sayang pada anak disabilitas. Semuanya kandas di mata koruptor. Hanya keuntungan pribadi yang tampak pada mata koruptor tersebut.
Buku ini tak ayal menjadi pengaduk emosi bagi yang sangat membenci korupsi. Bagaimana tidak, penulis dengan santai menceritakan gamblang bagaimana modus, dan keseharian para koruptor ini. Termasuk masalah lain yang turut mengikuti mereka. Pembaca diajak mengikuti lebih dekat dengan para koruptor tersebut. Agak mistis pun tidak apa-apa. Karena hal klenik pun bisa menjadi daya pikat menarik untuk menceritakan berbagai kejahatan dan dampak perbuatan  koruptor. Jangan juga salah. Sebab koruptor pun menyukai hal klenik. Tentu dengan syarat. Asal kan itu bisa membebaskan mereka dari kejaran pengusutan kasus yang membelitnya.
Penulis juga mampu menghadirkan bagaimana pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) selalu berkoalisi dengan korupsi dalam kisah di buku ini. Tentang orang-orang yang harus menjadi pencundang karena korupsi. Bagaimana masyarakat telah menjadi entitas yang direpresi oleh koruptor dengan berbagai dalih. Mulai dari koruptor berkedok pengurus RT hingga pejabat kelas tinggi. Sehingga pemenuhan hak dasar mereka tidak mampu mereka penuhi.
Korupsi memang tidak bisa hanya dilihat dari kacamata pasal-pasal dalam perundang-undangan saja. Sebab jika itu parameternya, maka korupsi hanya akan menjadi isu elitis. Buku ini adalah ikhtiar untuk membumikan isu korupsi yang selama ini dipandang hanya isu kaum elit saja. Dengan mengetahui ilustrasi keseharian koruptor, rakyat juga bisa menertawakan mereka. Menertawakan kejahatan mereka. Termasuk menertawakan sebagian masyarakat yang masih saja mau mengubah dirinya menjadi koruptor. Atau menjadi antek-antek koruptor.
Kesimpulannya sederhana saja. Membaca buku ini berarti memasukkan diri kita menjadi bagian dari pejuang pemberantasan korupsi. Mengapa? Karena lewat buku ini kita, para pembaca menjadi tahu betapa ganasnya korupsi. Betapa kompleksnya permasalahan yang diakibatkan oleh korupsi. Dan betapa kita tidak boleh berhenti berjuang melawan korupsi.

Judul : Lelucon Para Koruptor (kumpulan cerpen)
Penulis : Agus Noor
Penerbit : Diva Press
Cetakan pertama, 2017
Banguntapan Jogjakarta
Tebal halaman : 272 halaman
ISBN : 978-602-391-472-2

No comments:

Post a Comment

Come on Guys, Stop Invasion!

  Affirm Position, Condemn Invasion! Masbahur Roziqi The author is an Indonesia citizen who oppose Russian aggresion to Ukraine      The mom...