Tuesday, October 16, 2018

Berhenti Jadi Aktivis Reformasi Berkat Ibu

Pagi ini saya iseng bertanya pada seorang panutan saya. Panggil saja dia Pak Bar. Orangnya sabar dan sangat pandai memahami orang lain. Namun siapa sangka, dia adalah mantan aktivis 98 di salah satu universitas di kota Malang. Gerakannya bawah tanah. Artinya dia mengorganisasi perjuangan tidak terang-terangan. Berusaha menyadaarkan para mahasiswa perlunya suksesi kepemimpinan nasional. Hal ini terjadi pada era 1994. 

Kepada saya, dia mengaku tidak mengikuti salah satu organisasi mahasiswa. Baik ekstra maupun intra kampus. Namun dia bisa masuk ke dalam semua organisasi mahasiswa tersebut. Dia berdiskusi, berdebat, dan turut menyusun rencana untuk aksi turun ke jalan. Semua dia lakukan tanpa menunjukkan dirinya di depan publik. 

Sampai suatu hari, aktivitasnya tercium oleh aparat keamanan. Suatu malam pada tahun 1995an, sang ibu menangis. Dia menelepon sambil terisak. Beberapa aparat keamanan mendatangi rumahnya. Mengonfirmasikan identitas panutan saya ini. Si ibu kaget. Bagaimana mungkin aparat tersebut mengetahui detail putranya. Padahal si ibu tidak pernah menceritakan biodata putranya kepada aparat. 

Pak Bar akhirnya mengerti. Aktivitasnya di dunia pergerakan membawa konsekuensi. Dia dimonitor aparat di tanah kelahirannya, suatu daerah di Jawa Timur. Si ibu mengungkapkan kekhawatirannya di telepon kepada pak Bar. Sebab sudah banyak kisah para aktivis yang diculik dan tidak pernah kembali karena mencoba menyuarakan saatnya suksesi orde baru. Dia meminta pak Bar berhenti. 

Akhirnya pak Bar memutuskan berhenti. Dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Perlahan dia melupakan dunia aktivisme. Dia tidak lagi mengorganisasi massa untuk menumbangkan orde baru. Dia memilih diam. Banyak teman organisasi mencarinya, namun dia tidak mau terlibat. Bagi dia, mengabdi pada ibunya lebih penting daripada bertempur dengan rezim orde baru. Karena ridlo Allah terletak di telapak kaki ibu. 

Sayangnya, saat ini dia tidak mau dipublikasikan. Sebab dia ingin lupa. Lupa atas perjuangannya yang tidak kesampaian. Walau pun akhirnya para mahasiswa lain berhasil menumbangkan rezim. Dia bersyukur. Walau masih kurang afdhol. Dia berharap, rezim orba tidak kembali. Sampai sekarang saya masih mengaguminya.

No comments:

Post a Comment

Come on Guys, Stop Invasion!

  Affirm Position, Condemn Invasion! Masbahur Roziqi The author is an Indonesia citizen who oppose Russian aggresion to Ukraine      The mom...